“Kristus Memberitakan Injil kepada roh-roh?”
(Eksposisi 1 Petrus 3 :18-22)
Pdt. Martin H. Ghazali
Pendahuluan:
1 Petrus 3:19-20 (juga 1 Petrus 4:6). Ini merupakan salah satu teks yang sukar dipahami dalam Alkitab dan menimbulkan banyak kontroversi, sehingga ada banyak interpretasi yang berbeda dalam upaya orang-orang percaya sepanjang jaman untuk memahami apa sebenarnya yang dimaksudkan Petrus dalam bagian ini.
Memahami Konteks Dengan Benar
1 Petrus 3:18-22 berada di tengah-tengah (seperti sandwich) antara 1 Petrus 3:17 dan 1 Petrus 4:1 dalam konteks alur pemikiran Petrus yang sedang berbicara kepada jemaat agar mereka siap sedia menghadapi penderitaan. Meskipun mereka tidak melakukan sesuatu yang jahat, malahan justru karena mereka sebagai orang Kristen, mereka akan menghadapi penderitaan. Maka kita perlu melakukan interpretasi ayat 18-22 dalam alur konteksnya. Ayat 18-22 merupakan upaya Petrus untuk menguatkankan orang percaya masa itu, dan kita hari ini, agar bersiap sedia menderita karena Kristus. Ada 4 poin yang dikemukakan Petrus dalam bagian ini.
Ingatlah, Kristus juga telah menderita (mati) dan dibangkitkan, supaya Ia membawa kita kepada Allah (Ayat 18)
Pertama, Petrus mengingatkan jemaat bahwa jikalau mereka menderita sekalipun karena berbuat baik, janganlah berkecil hati dan kecewa, karena Kristus juga telah menderita. Jemaat yang menderita karena Kristus, sesungguhnya sedang mengikuti jejak-Nya (bandingkan Lukas 9:23, Yohanes 15:20-21; 16:1-4). Dalam satu ayat ini yaitu ayat 18 terkandung doktrin keselamatan yang mendalam dan padat. Penderitaan Kristus adalah penderitaan untuk segala dosa kita – Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar (substitutionary suffering and death), satu kali untuk selamanya (sufficient atonement and finished), dengan satu tujuan ultimat yaitu agar Ia membawa kita kembali kepada Allah. Dan bagaimanakah Kristus dapat membawa kita kepada Allah jikalau Ia tidak hidup kembali setelah mati ? Maka Petrus menambahkan bahwa Ia telah menang dan bangkit dalam kuasa Roh mengalahkan maut. Dosa-dosa kita telah diselesaikan Kristus oleh kematian dan kebangkitan-Nya, sehingga tidak ada lagi yang memisahkan kita dari Allah, bahkan penderitaan dan kematian sekalipun. Oleh Kristus, kita telah terjamin akan dibawa-Nya kembali kepada Allah dengan selamat. Di tengah penderitaan, iblis seringkali berusaha mencobai dengan mempengaruhi pemikiran kita bahwa Allah tidak lagi peduli, bahkan Ia telah meninggalkan kita. Maka, apa yang dituliskan Petrus ini menjadi sangat penting untuk mengingatkan dan menguatkan orang percaya saat itu, juga kita hari ini, di tengah penderitaan yang dialami.
Ingatlah Nuh dan generasi Nuh ! Apakah Kristus memberitakan Injil kepada roh-roh ? (Ayat 19-20)
Ayat 19 dan 20 adalah ayat yang menimbulkan banyak kontroversi. Ada yang menafsirkan bahwa Kristus turun ke dunia orang mati untuk memberitakan Injil pada masa di antara kematian dan kebangkitan-Nya. Ada lagi yang menafsirkan Kristus melakukannya setelah Ia bangkit, bukan memberitakan Injil, melainkan memproklamasikan diri-Nya sebagai Mesias dan kemenangan-Nya atas maut kepada roh-roh penghuni alam maut. Ada juga yang mengartikan roh-roh yang dimaksud adalah iblis dan setan-setan yang berada dalam penjara alam roh. Persoalannya, mengapa Petrus merujuk secara spesifik “hanya” pada roh-roh di jaman Nuh, bukan kepada roh-roh di segala jaman ? Dan bagaimanakah penafsiran seperti ini relevan untuk menguatkan jemaat di tengah-tengah penderitaan yang mereka alami ?
Perhatikan mulai ayat 18 bagian akhir, kalimat “dibangkitkan menurut Roh”, bisa diterjemahkan “dibangkitkan dalam (kuasa) Roh” atau “dibangkitkan oleh Roh”. Masuk ayat 19, “dan di dalam Roh itu (oleh Roh itu) Ia pergi memberitakan / berkhotbah (Catatan : tidak ada muatan “injil” secara jelas disini dalam teks Yunani namun LAI menerjemahkannya kata “memberitakan” dengan menambahkan kata “injil”). Jadi Yesus, oleh Roh Kudus, berkhotbah. Kepada siapa ? kepada roh-roh yang berada dalam penjara. Siapakah roh-roh ini ? Mereka adalah orang-orang (Catatan : tidak ada kata “roh-roh” dalam ayat 20 seperti terjemahan LAI) yang dahulu tidak taat pada jaman Nuh.
Bagaimana Yesus bisa berkhotbah kepada mereka? Menurut 1 Petrus 1:10-11, Roh Kristus telah ada di dalam diri para nabi Perjanjian Lama yang bernubuat tentang Kristus. Jadi dapat disimpulkan bahwa Roh Kristus juga ada pada Nuh dan berkhotbah melalui mulut Nuh memberitakan kebenaran tentang penghakiman dan hukuman Allah yang akan datang atas dunia pada jaman itu. Orang-orang pada masa itu tidak mengindahkan Nuh. Mereka tidak percaya dan tidak taat, dan karena itu mereka telah mati oleh air bah. Dan sekarang mereka berada dalam penjara alam maut, menantikan saat penghakiman akhir dinyatakan. Jadi apa yang terjadi pada jaman Nuh dimaksudkan Petrus sebagai contoh peringatan dan perbandingan dengan situasi yang sedang dialami oleh jemaat. Sama halnya dengan generasi Nuh, banyak orang pada masa surat Petrus ditulis, tidak mempedulikan kebenaran, bahkan mengolok-olok kebenaran dan iman, memusuhi bahkan menganiaya orang percaya.
Apa relevansinya hal ini dengan maksud Petrus untuk menguatkan jemaat di tengah penderitaan mereka ? Pertama, melalui hal ini Petrus mau memberitahu bahwa Kristus adalah Tuhan yang berkuasa atas ruang dan waktu, menguasai segala tempat dan jaman. Maka lebih baik taat pada-Nya sekalipun harus menderita sementara dalam dunia, daripada tidak taat dan dilemparkan ke dalam penjara serta akan dihakimi Allah, sebagaimana halnya yang terjadi pada generasi Nuh. Seperti Nuh serta keluarganya, mereka ditolak dan diolok-olok oleh orang-orang pada jamannya, namun mereka tetap taat dan setia, sehingga Allah menyelamatkan mereka. Oleh karena itu, sekalipun jemaat menderita sebagai minoritas, asalkan mereka tetap bertahan dan setia pada Kristus, Allah pun akan menyelamatkan mereka.
Ingatlah makna babtisan yang telah kamu terima (Ayat 21)
Petrus kemudian melanjutkan dorongannya untuk menguatkan jemaat dengan mengaitkan peristiwa air bah dengan babtisan yang telah mereka terima. Sebagaimana melalui air bah itu, delapan orang diselamatkan dari kematian dan penghakiman Allah. Demikian pula jemaat, melalui air babtisan, diselamatkan dari kematian dan penghakiman Allah kepada hidup yang kekal. Maksud dari babtisan bukanlah untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan sebagai suatu permohonan kepada Allah agar kita diselamatkan. Itulah makna babtisan. Babtisan itu sendiri tidaklah menyelamatkan, tetapi sebagai suatu tanda dan ekspresi iman yang berseru kepada Allah (bnd. Roma 10:13). Iman itulah yang membawa keselamatan, yang kemudian diekspresikan melalui babtisan. Dan Petrus menggunakan kiasan ini, dengan satu tujuan yaitu agar jemaat menyadari keselamatan yang mereka miliki lewat babtisan yang telah mereka terima, agar iman mereka diteguhkan dan dikuatkan untuk menghadapi penderitaan.
Lihatlah kepada Yesus Kristus yang sekarang duduk di sebelah kanan Allah (Ayat 22)
Upaya Petrus untuk menguatkan jemaat ditutup dengan pernyataan bahwa Yesus Kristus yang telah bangkit dan naik ke sorga, sekarang ini memerintah atas segala kuasa dan kekuatan, baik di dunia ini maupun dunia roh, sehingga semuanya takluk dan tunduk pada-Nya. Maka, hendaklah jemaat baik dahulu, maupun kita hari ini, tetap berdiri teguh dalam iman dan bersiap sedia menghadapi penderitaan dengan keyakinan dan keberanian yang bersandar pada-Nya.